BAB
I
LATARBELAKANG
A.
TUJUAN
Mengklasifikasi
kualitas air sumber (aboretrum dan sumber brantas) baik secara fisika, kimia,
maupun biologi. Juga mampu mempraktikkan uji dan analisis air secara sederhana.
B.
DASAR
TEORI
Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, antara lain disebutkan bahwa air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pengertian air minum
dapat dilihat juga dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 651/MPP/Kep/10/2004 yaitu tentang persyaratan teknis
Depot air minum dan perdagangannya. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa
Air minum adalah air baku yang telah diproses dan aman untuk diminum. Dua
pengertian diatas maka dapat diartikan bahwa, air minum adalah air yang dapat
langsung diminum tanpa menyebabkan gangguan bagi orang yang meminumnya.
1. Parameter Fisika
a. Daya Hantar Listrik (DHL)
Menurut Mc Neely et al, (1979) dalam Wardhani (2002), Daya Hantar
Listrik (DHL) menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan aliran listrik.
Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air, oleh karena itu
kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan DHL.
DHL adalah bilangan yang menyatakan kemampuan larutan cair untuk menghantarkan
arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total konsentrasi ion,
valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran. Biasanya makin tinggi
konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Walaupun dalam
baku mutu air tidak ada batasnya, tetapi untuk nilai-nilai yang ekstrim perlu
diwaspadai (Mahida, 1984).
Konduktivitas air ditetapkan dengan mengukur tahanan listrik antara dua
elektroda dan membandingkan tahanan ini dengan tahanan suatu larutan potasium
klorida pada suhu 25oC. Bagi kebanyakan air, konsentrasi bahan padat
terlarut dalam miligram per liter sama dengan 0,55 sampai 0,7 kali hantaran
dalam mikroumhos per sentimeter pada suhu 25oC. Nilai yang pasti
dari koefisien ini tergantung pada jenis garam yang ada didalam air (Linsley,
1995).
b.
Total Padatan Terlarut (TDS)
Menurut Fardiaz (1992), Total padatan terlarut (TDS) menunjukkan banyaknya
partikel padat yang terdapat di dalam air. Padatan ini terdiri dari senyawa
anorganik dan organik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya.
Tingginya nilai parameter TDS dapat mengindikasikan bahwa daerah aliran sungai
tersebut telah terjadi penggundulan hutan, dan akan mengakibatkan
pendangkalan/sedimentasi di dalam sungai.
Bahan padatan keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan contoh air dan menimbang
sisanya yang telah kering. Bahan padat terapung di dapat dengan menyaring
contoh air. Perbedaan bahan padat keseluruhan dan bahan padat terapung
merupakan bahan padat terlarut (Linsley, 1995).
Pengaruh terhadap kesehatan dari penyimpangan standar kualitas air dari padatan
terlarut adalah akan memberikan rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual yang
disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium sulfat (Sutrisno, 1987).
2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
PH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam
atau basa sesuatu larutan. PH juga merupakan satu cara untuk menyatakan
konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor
yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan
sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam
melakukan koagulasi kimiawi, pelunakan air (water softening) dan
pencegahan korosi.
PH air dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman
atau kebasaan air, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen pada proses pengasaman
dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses pembasaan. Angka indeks yang
umum digunakan 0 sampai 14 dan merupakan angka logaritmik negatif dari
konsentrasi ion hydrogen di dalam air. Angka pH 7 adalah netral, sedangkan
angka pH lebih besar dari 7 menunjukkan air bersifat basa dan terjadi ketika
ion-ion karbonat dominan, dan pH lebih kecil dari 7 menunjukkan air bersifat
asam (Asdak, 1995).
Nilai pH air biasanya didapat dengan potensiometer yang mengukur potensial
listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+ atau dengan bahan celup
penunjuk warna, misalnya methyl orange atau phenolphthalein (Linsley, 1995).
Pengukuran pH juga dapat menggunakan pH meter, kertas lakmus dan kalorimeter.
PH meter pada dasarnya menentukan kegiatan ion hydrogen menggunakan elektroda
yang sangat sensitif terhadap kegiatan ion merubah signal arus listrik. Cara
ini praktis, teliti dan dapat digunakan di lokasi sampling (Linsley,1995).
b.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah banyaknya gas oksigen yang larut dalam air. Oksigen
terlarut merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan tumbuhan dan hewan di
dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tergantung dari kemampuan air
untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupan makhluk hidup. Oksigen terlarut dapat berasal dari fotosintesis
tumbuhan air yang jumlahnya tergantung dari tumbuhannya dan dari udara yang
masuk dalam air dengan kecepatan tertentu. Kelarutan oksigen di dalam air
tergantung pula pada suhu. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
mengakibatkan hewan air yang membutuhkan oksigen akan mati, sebaliknya bila
kadar oksigen terlalu tinggi dapat mengakibatkan proses pengkaratan (Fardiaz,
1992).
Untuk mengukur oksigen terlarut digunakan DO meter. Alat ini menggunakan dua
elektroda yang terbuat dari timah dan perak yang diletakkan dalam larutan
elektroda dan disertai alat pengukur arus (mikrometer) yang terjadi pada reaksi
perpindahan elektron. Pada elektroda timah dibebaskan elektron yang kemudian
berpindah melalui mikrometer menuju elektroda perak. Melalui mikrometer inilah
dapat diketahui konsentrasi oksigen terlarut dalam air.
c.
Alkalinitas
Alkalinitas
adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan. Alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas
dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO33-),
fosfat (PO43-), silika (SiO44-),
dan sebagainya. Dalam air alam, alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh
adanya bikarbonat, sisanya oleh karbonat dan hidroksida (Linsley, 1995).
Air leding memerlukan ion alkalinitas dalam konsentrasi tertentu. Kalau kadar
alkalinitas tinggi dibandingkan dengan kadar kesadahan akan menyebabkan air
menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya alkalinitas yang
rendah dan tidak seimbang dengan sadahan maka dapat menyebabkan kerak CaCO3
(kalsium karbonat) pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah
pipa. Air irigasi tidak boleh mengandung kadar alkalinitas tinggi.
d.
Nitrat
Sutrisno (1987) mengatakan, Adanya Nitrat (NO3) dalam air adalah
berkaitan erat dengan siklus Nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat
diketahui bahwa Nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfer maupun
dari pupuk (fertilizer) yang digunakan dan dari oksidasi NO2 (Nitrit)
oleh bakteri dari kelompok nitrobacter. Nitrat yang terbentuk dari proses tersebut
adalah merupakan pupuk bagi tanaman. Nitrat yang kelebihan dari yang dibutuhkan
oleh kehidupan tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah, sebab
tanah tidak mempunyai kemampuan untuk menahannya. Hal ini mengakibatkan
terdapatnya konsentrasi Nitrat yang relatif pada air tanah. Standar konsentrasi
maksimum yang diperbolehkan untuk Nitrat yang ditetapkan Departemen Kesehatan
R.I. adalah sebesar 20 mg/l. Menurut Standar Internasional WHO, batas
konsentrasi yang diterima adalah 45 mg/l.
Semua bentuk nitrogen dapat diukur secara analisis dengan menggunakan
kalorimeter. Pengukuran ini berdasarkan adanya nitrat di dalam sampel air yang
terikat dengan senyawa Nassler dan membentuk warna. Warna ini kemudian
dibandingkan dengan tabung Nassler atau diukur dengan photometer, sehingga
konsentrasi nitrat dalam air dapat diketahui.
Semua parameter tersebut diatas untuk dapat dikonsumsi harus melalui pengolahan
air terlebih dahulu. Pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk
mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan air
yang standar air minum yang telah ditetapkan. Dalam proses pengolahan air ini,
dikenal dua cara, yaitu :
1. Pengolahan lengkap atau Complete
Treatment Process, yaitu air yang mengalami pengolahan lengkap baik fisika,
kimia dan bakteriologis.
-
Pengolahan fisika yaitu pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi/menghilangkan kotoran yang kasar, menghilangkan lumpur dan pasir
serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.
-
Pengolahan kimia yaitu pengolahan dengan menggunakan zat-zat
kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya pemberian kapur
pada proses pelunakan air.
-
Pengolahan bakteriologis yaitu suatu tingkat pengolahan
untuk memusnahkan bakteri yang terkandung dalam air dengan cara membubuhkan
kaporit (zat desinfektant).
2. Pengolahan sebagian atau Partial
Treatment Process, misalnya pengolahan yang dilakukan hanya terbatas pada
pengolahan fisika saja atau kimia saja. Pengolahan ini biasanya dilakukan pada
mata air yang bersih seperti air minum.
BAB
II
ALAT,
BAHAN DAN CARA KERJA
1. ALAT DAN BAHAN
a.
Uji Fisik Sederhana
1. Gelas ukur
2. Corong
3. Sampel air
4. Air standar layak minum
b.
Uji Kimia Sederhana
1. Gelas kimia
2. Pengaduk
3. Sampel air
4. Teh
5. Air standar minum
6. Aquades sebagai pembanding
c.
Uji Elektrolisis
1. Dua buah paku
2. Kabel 50 cm
3. Sampel air
4. Baterai 1,5 volt
5. Gelas kimia
6. Penjepit buaya
7. Lakban
d.
Uji Biologi Sederhana
1. Gelas kimia
2. Tutup gelas
3. Sampel air
e.
Alat Pendukung
1. Kaca pembesar
2. GPS
3. pH meter
4. Termometer
5. TDS (Total Delution Solid)
6. EC (Electric Conditifity)
7. Turbidymeter
8. Iron test
9. Regen
10. Flometer
2.
CARA
KERJA
1.
Uji
Fisika Sederhana
Secara fisik, kualitas
air dapat diketahui dengan menggunakan indera penglihatan, perasa, penciuman,
dan mencicipi untuk mengetahui rasa, kekeruhan, warna dan bau.
Air sampel adalah air
yang akan diuji yang biasa digunakan masyarakat setempat sehari-hari. Sedangkan,
air kontrol/standar adalah air bersih yang dijadikan standar atau control untuk
pengujian air sampel. Untuk pengamatannya biasanya menggunakan Pancaindra
(organoleptik).
Amati kekeruhan, warna, suhu, bau dan rasa air yang akan kita uji.
Berhati-hati pada saat menguji bau dan rasa, jangan lakukan uji bau dan rasa
apabila terlihat kejanggalan pada warna, kekeruhan dan suhu pada air sampel.
Untuk melakukan percobaan menggunakan metode sederhana, yaitu :
a.
Masukan
segelas air yang akan diuji ke dalam gelas ukur sampel
b.
Tambahkan
segelas air standar (layak minum) ke dalam gelas ukur sampel.
Perhatikan reaksi yang terjadi, seperti perubahan warna,
kekeruhan, suhu, bau dan rasa. Apabila hasil analisis tidak menunjukan adanya
perubahan, kemungkinan derajat pencemaran pada air cukup rendah dan dapat
dijadikan bahan baku air minum. Namun apabila terjadi perubahan yang telah
disebutkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pencemaran pada air uji (ikuti
tahapan selanjutnya)
c.
Tahapan
selanjutnya, tambahkan 2 gelas air bersih (layak minum) ke dalam gelas ukur
sampel.
Apabila dengan penambahan dua gelas air bersih (layak minum),
kekeruhan, warna, suhu menjadi normal, berarti tingkat pencemaran air sampel
sedang. Apabila air sampel masih keruh dan tidak ada perubahan warna dan suhu,
disimpulkan derajat pencemaran air sampel tinggi. Pada thapan ini, jangan
menguji bau dan rasa pada air sampel.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini:
2.
Uji biologi
sederhana
Analisa kualitas air secara biologi bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya bakteri dalam air. Dengan mata telanjang tidak dapat diketahui
keberadan mikroorganisme. Namun ini bisa dilakukan dengan uji sederhana yaitu
dengan cara mendiamkan air uji selama beberapa hari, paling tidak selama 5
hari. Tahapan uji biologi sederhana adalah sebagai berikut:
a.
Masukan air
uji ke dalam gelas tembus cahaya (bening) kemudian tutup rapat.
b.
Letakan
gelas tersebut di tempat terbuka dan terkena cahaya matahari langsung selama
lima hari.
c.
Setelah
lima hari periksa kondisi air tersebut, apabila terjadi perubahan warna dan
gumpalan putih berwarna putih seperti lendir disimpulkan kualitas air tersebut
tidak layak dijadikan bahan baku air minum.
Berikut gambar uji biologi sederhana
:
3. Uji
Kimia sederhana
Analisa kimia secara sederhana dengan membuat teh menggunakan air
minum. Kemudian, air teh tersebut dicampur dengan air uji. Caranya sebagai
berikut:
a. Masukan air uji ke dalam gelas berisi air the.
b. Diamkan gelas yang berisi campuran air uji dengan air teh dalam
keadaan terbuka selama semalam.
c. Analisis kualitas air yang telah dicampur teh. Apabila terdapat
perubahan warna, lendir dan lapisan minyak pada permukaan air disimpulkan
kulitas air tidak dijadikan bahan baku air minum.
Berikut gambarnya:
4. Uji Elektrolosis Sederhana
Untuk melakukan uji elektrolisis sederhana dapt dilakukan sebagai
berikut :
1)
Sediakan
gelas, 2 buah paku dan kabel 50 cm
2)
Sediakan
air contoh yang akan diperiksa atau di analisis
3)
Buat
rangkaian listrik seperti pada gambar
4)
Perhatikan
setelah beberapa menit atau 1 jam
5)
Bila air
mengandung besi dan unsur lain, air akan keruh dan banyak gumpalan pada paku
Berikut gambar
rangkaian listrik :
BAB
III
DATA
PENGAMATAN
1.
Uji
fisik, kimia, dan biologi pada sumber.
No.
|
Analisis
|
S. Arboretum
|
S. Coban Talun
|
1.
|
Persyaratan
Fisik
|
|
|
|
1. Kekeruhan
|
2,6 NTU
|
60,0 NTU
|
|
2. Bau
dan rasa
|
Seperti berkarat
|
Agak amis
|
|
3. Padatan
terapung
|
0,04 PPT
|
-
|
|
4. Suhu
|
61,7F
= 16,5C
|
72,5F
= 22,5C
|
|
5. Warna
|
Jernih
|
Keruh
|
|
6. Luas
penanmpang
|
·
= 0,22m
·
Kedalaman = 0,04m
·
V = 0,17
·
Kec. Aliran :
= (0,22 0,4) 0,17
= 0,001496 2
1000
= 1,496
|
·
= 0,63m
·
Kedalaman = 0,3m
·
V = 1,25
·
Kec. Aliran :
= (0,63 0,3) 1,25
= 0,236 2
1000
= 236
|
2.
|
Persyaratan
kimia
|
|
|
|
1. pH
|
7,0
|
7,5
|
|
2. Daya
hantar listrik
|
0,08
|
-
|
3.
|
Peryaratan
biologi
|
Dibawah tabel
|
Tidak dilakukan percobaan
|
Persyaratan
biologi :
Ditemukan
beberapa hewan air sebagai berikut :
1. Pupa
lalat kecil @ 4
2. Larva
mrutu biasa @ 1
3. Larva
lalat jangkung @ 1
4. Kumbang
air @ 7
5. Siput
kolam @12
6. Anggang-anggang @
2
7. Lintah @ 21
8. Nimfa
plekoptera @ 2
9. Capung
jarum biasa @ 1
10. Nimfa
capung jarum biasa @ 1
11. Cabung
biasa ekor 2 @ 1
12. Cacing @ 2
13. Corclolaegastoligae @ 1
14. Pupa
lalat kerdil @ 3
2.
Uji
Sederhana Pada Sumber
No.
|
Analisis
|
Data
Pengamatan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1.
|
Uji
Fisik
|
Tidak melakukan
percabaan
|
|
2.
|
Uji
Biologi
|
Tidak melakukan
percobaan
|
|
3.
|
Uji
Kimia
|
|
|
|
a. Air
arboretrum
|
Warna cokelat muda
|
Warna semakin gelap, timbul
jamur dan lapisan minyak.
|
|
b. Air
C. Talun
|
Warna cokelat muda
|
Timbul lapisan
minyak.
|
|
c. Air
kemasan
|
Warna cokelat muda
|
Timbul jamur dan
lapisan minyak.
|
|
d. Air
minum
|
Warna cokelat muda
|
Timbul lapisan
minyak.
|
4.
|
Uji
Elektrolisis
|
|
|
|
a. Air
aboretrum
|
Jernih
|
Timbul gelembung gas
|
|
b. Air
C. Talun
|
Agak keruh
|
Timbul endapan pada
paku
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
1.
Uji
Fisik, Kimia, Dan Biologi Pada Sumber
Dari percobaan dan pengamatan yang sudah dilakukan
didapatkan hasil yang segnifikan. Air Aboretrum memiliki kualitas air yang
lebih baik dari pada air Coban Talun baik secara fisik, kimia dan biologi. Hal
ini dapat disebabkan karena letak kedudukan sumber yang berbeda. Aboretum
terdapat pada daerah yang lebih tinggi dari pada Coban Talun. Aliran air yang
semakin ke daerah yang lebih rendah memungkinkan terjadinya penurunan kualitas
air baik fisik, kimia, maupun biologi.
2.
Uji
Sederhana Pada Sumber
Pengujian
air sumber secara sederhana yang di lakukan di sekolah yaitu analisis secara
fisik, kimia, dan biologi. Ubtuk pengujian secara fisik dan biologi kami tidak
dapat menarik pembahasan karena tidak dilakukan percobaan.
Pengujian
kimia dilakukan dengan melarutkan teh pada sampel air yang berbeda meliputi air
aboretrum, coban talun, air kemasan dan air minum. Setelah semalaman didiamkan diamati ternyata ada kemiripan hasil antara
air aboretrum dengan air kemasan dan air coban talun dengan air minum. Dengan
begitu dapat dikatakan bahwa untuk kebutuhan minum air coban talun lebih baik
dari pada air aboretrum. Hal ini disebabkan karena kandungan besi (III) yang
berlebihan pada air aboretrum sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi tapi
masih dapat digunakan untuk keperluan pertanian. Sedangkan, untuk air kemasan
sendiri juga tidak layak untuk dikonsumsi, karena mungkin karena sumber air
tidak bagus dan proses penyaringan yang kurang.
Sedangkan
untuk uji kimia metode elektrolisisnya, pada saat paku di celupkan pada
masing-masing air sumber dan di aliri listrik timbul gelembung-gelembung air
pada paku untuk sampel air aboretrum dan timbul endapan pada paku untuk sampel
air coban talun. Hal ini membuktikan bahwa air coban mengandung banyak bsi dan
unsure lain karena terdapat banyak gumpalan pada paku. Dengan demikian dapat
dinyatak bahwa air aboretrum lebih baik untuk dikonsumsi dari pada air coban
talun.
Dari
kedua pengujian secara kimia namun berbeda metode mendapatkan hasil yang
berkebalikan, sehingga sulit menentukan air sumber mana yang lebih layak minum.
BAB
V
KESIMPULAN
Secara
fisik, kimia dan biologi air sumber aboretrum lebih baik dari pada air sumber coban
talun. Namun, untuk kelayakan minum tidak dapat diambil kesimpulan, karena pada
saat pengujian kimia secara sederhana menggunakan teh dan elektrolisis mendapatan
hasil yang berkebalikan.
|
|
|
|
|
gambarnya kenapa nggak mucul ya ? udah di re-load tetep masih nggak muncul. Ada yang bisa bantu supaya gambarnya muncul ?
BalasHapus