BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Percobaan Tahapan pengukuran dalam metode gravimetric adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya. Analisa grvimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang di dasarkan pada prinsip penimbangan berat yang didapat dari proses pemisahan analit dari zat-zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah di endapkan ini di saring dan di keringkan serta di timbang dan di usahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat di butuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki oleh seoarang enginer.
Dalam dunia
teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa grvimetri ini.
Seperti halnya dalam industri untuk mendukung kinerja kita sebagai insinyur
teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting, apalagi untuk siswa
sekolah kejuruan teknik kimia.
1.2.
Permasalahan
Permasalahan yang dirumuskan dalam percobaan ini
adalah bagaiman cara menentukan kadar Ni dengan menimbang endapan kering dengan
bentuk Ni(C4H7O2N2)2.
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah
untuk menentukan kadar nikel (Ni2+) yang diperoleh dari penimbangan
endapan kering dalam bentuk Ni(C4H7O2N2)2.
1.4.
Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah dapat mengetahui
kadar Ni dengan menimbang endapan kering Ni(C4H7O2N2)2
pada ukuran sampel tertentu dan mengetahui dan memahami konsep analisa gravimetric
yang baik dan benar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Gravimetri
Gravimetri
merupakan salah satu metode analisis kimia yang umum digunakan. Analisis
gravimetric adalah analisis kimia yang secara kuantitatifberdasarkan proses
pemisahan dan penimbanagan suatu unsure atau senyawa tertentu dalam bentuk yang
semurni mungkin.
Metode
gravimetric adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau
senyawa tertentu dari hasil pengendapan yang biasanya memerlukan waktu yang
cukup lama. Penentuan gravimetric meliputi tranformasi unsure atau radikal
senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berat unsure dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa
dan berat atom unsure-unsur atau senyawa yang dikandung.
Pada
dasarnya pemisahan zat dengan gravimetric dilakukan dengan cara berikut.
Mula-mula sampel dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat
pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan
atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian dilakukan perhitungan dan
hasilnya disajikan sebagai presentse bobot zat tersebut.
Beberapa
metode analisa gravimetric yaitu sebagai berikut :
1. Metode
pengendapan.
2. Metode
penguapan atau pembebasan (gas).
3. Metode
elektroanalisis.
Namun,
percobaan yang dilakukan ini menggunakan cara pengendapan.
2.2.
Gravimetri
Pengendapan
Gravimetri
pengendapan merupakan gravimetric yang mana komponen yang hendak didinginkan
diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna. Bahan yang
akan ditentukan diendapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit
larut agar tidak ada kehilangan endapan saat disaring dan ditimbang.
Adapun
beberapa tahapan dalam analisa gravimetric adalah sebagai berikut :
1. Memilih pelarut sampel (untuk sampel padat).
2. Pembentukan
endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua
unsure/senyawa dapat terendapkan oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan pada suhu
tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan.
Tahap ini merupakan tahapan yang paling penting.
3. Penyaringan
endapan.
4. Pencucian
endapan, dengan cara menyiram endapan didalam penyaring dengan larutan
tertentu.
5. Pengeringan
endapan sampai mencapai berat yang konstan.
6. Penimbangan
endapan.
7. Perhitungan.
Supaya diperoleh hasil yang akurat, maka endapan
yang diperoleh haruslah stokiometri,mempunyai kestabilan yang tinggi serta
mempunyai factor gravimetric yang kecil.
Dalam analisa gravimetric harus selalu diupayakan
agar didapat endapan yang murni dan partikel-partikelnya cukup besar sehingga
mudah disaring dan dicuci. Pembentukan partikel endapan terjadi dalam larutan
yang lewat jenuh. Pertama akan terbentuk partikel-partikel nucleus kemudian
kation dan anion dalam larutan bertambah dengan nucleus-nukleus itu dan melekat
pada permukaan dengan ikatan kimia sehingga tumbuh suatu kisi kristal berdimensi
tiga.
Setelah proses pengendapan masalah berikut adalah
bagaimana mendapatkan endapan semurni mungkin untuk mendapatkan hasil analisis
seteliti mungkin. Pengotor yang ikut serta pada endapan dapat dibedakan menjadi
dua :
-
Pengendapan bersama
(ko-presipitasi)
Pada proses
pengotoran ini, zat pengotor mengendap bersama-sama dengan endapan yang
diinginkan.
-
Pengendapan susulan
(post-presipitasi)
Proses ini berupa pengendapan
zat pengotor setelah selesainya pengendapan zat yang diinginkan atau terjadinya
endapan kedua pada permukaan endapan pertama. Pada proses ini senyawa yang
diinginkan mengendap dulu, baru zat pengotor menyusul mengendap. Makin lama
endapan dibiarkan dalam induk larutannya, makin meningkat jumlah zat pengotor
menyusul mengendap.
Penyaringan endapan cukup dilakukan
dengan menggunakan kertas saring dengan ukuran diameter kertas dan lobang pori
yang sesuai. Namun juga harus hati-hati, karena kertas saring mudah rusak jika
dipakai untuk menyaring larutan yang mengandung asam atau basa kuat serta zat
pengoksidasi kuat, mudah sobek dan menimbulkan tambahan kotoran pada endapan,
dapat menyerap komponen-konponen yang disaring, pada proses pemijaran tidak
boleh mengahsilkan abu sehingga harus memakai kertas bebas abu.
Dalam analisis gravimetric endapan yang dihasilkan
ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Presentase berat analit
terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
Untuk
menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui factor
gravimetric. Factor gravimetric didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam
1gram berat endapan. Hasil kali dari endapan dengan factor sama dengan analit.
2.3.
Zat
Pengendap Organik
Reagensia
organic merupakan bahan untuk proses pemisahan satu atau lebih ion anorganik,
yang mana ion-ion ini biasanya menghasilkan senyawa yang sangat sedikit dapat
larut dan seringkali berwarna. Reagensia organic disebut jua zat pengendap
organic. Zat pengendap organic yang digunakan haruskah ideal, artinya pengendap
organic tersebut bersifat spesifik, yaitu harus memberi endapan dengan hanya
satu endapan tertentu.
Beberapa
pengendap organic yang banyyak digunakan dalam analisis gravimetric seperti :
1. Dimetilglioksimat
(DMG) yang berguna untuk penentuan nikel.
2. G-hidroksiquinolin
berguna untuk mengendapkan beberapa logam dan dapat digunakan untuk pemisahan
golongan dengan pengontrolan pH.
3. Cupferon
digunakan untuk pemisahan seperti besi dan titanium dari aluminium.
4. Tionalida
digunakan untuk pengendapan dan penentuan unsur-unsur golongan H2S.
5. Asam
kuinaldik untuk penentuan cadmium, tembaga, dan seng.
2.4.
Dimetilglioksimat
Dimetilglioksimat merupakan salah satu pengendap organic yang
biasa dipakai. Pengendap organic ini ditemukan oleh L. Thusgaeff dan digunakan
oleh O. Brunck untuk penetapan nikel dalam baja. Zat ini memberikan warna merah
cerah pada endapan bila direaksikan dengan larutan nikel dengan garamnya.
Sedikit berlebih reagensia ini tidak member reaksi apa-apa terhadap endapan,
tapi kelebihan tersebut juga harus dihindari karena dapat menyebabkan
bertambahnya kelarutan endapan dalam campuran air-etanol dan kemungkinan
dimetilglioksimat ikut mengendap karena semakin kecil kelarutannya.
Dimetilglioksimat hanya sedikit larut dalam air sehingga
biasanaya dipakai sebagai larutan 1% dalam etanol.
BAB
III
METEDOLOGI
PERCOBAAN
3.1.
Alat
dan Bahan
3.1.1.
Alat
dan Fungsinya
1. Beaker
gelas 500ml, sebagai wadah berlangsungnya proses pencampuran sampel dengan zat lainnya.
2. Gelas
ukur 50ml, sebagai wadah ukur dari zat atau larutan yang akan digunakan.
3. Corong,
sebagai alat bantu dalam pemindahan larutan dari sati beaker gelas ke beaker
gelaslainnya.
4. Kertas
saring, fungsinya sebagai alat pemisah endapan dengan larutannya.
5. Pipet
tetes, sebagai alat untuk mengambil zat dengan volume yang kecil dan
menteteskannaya ke larutan yang dikehendaki.
6. Penanggas,
sebagai alat pemanas atau menaikkan suhu larutan.
7. Penjepit
tabung, sebagai alat untuk menjepit dan memindahkan beaker gelas dan cawan
porselin pada proses pemanasan dan pengeringan.
8. Termometer,
sebagai alat pengukur suhu larutan.
9. Batang
pengaduk, sebagai alat untuk mengaduk campuran ataupun larutan sehingga
bercampur dengan rata.
10. Neraca
digital, sebagai pengukur massa dari sampel dan endapan.
11. Bunsen, sebagai alat pengering atau penganas.
3.1.2.
Bahan
dan Fungsinya
1. Sampel
(yaitu Ni dalam garamnya, NiCl2), sebagai bahan yang akan
dianalisis.
2. Asam
klorida (HCl) 0,1N, sebagai katalis dalam reaksi.
3. Aquades,
sebagai pelarut dan mengencerkan sampel.
4. Amonium
hidroksida (NH4OH) 6N, sebagai pembentuk suasana basa.
5. Dimetilglioksimat
1%, senbagai reagensia spesifik.
3.2.
Prosedur
Percobaan
1. Sampel
NiCl2 ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dilarutkan dengan aquades
dalam beaker gelas.
2. Ditambahkan
5ml asam klorida (HCl) 0,1N dan diencerkan hingga volume 200ml.
3. Larutan
dipanaskan diatas penanggas air hingga bersuhu 70-800C dan
ditambahkan dimetilglioksimat (C4H8O2N2)
1% sebanyak 120ml, kemudian segera ditambahkan larutan ammonia 1M sebanyak 2
tetes pada larutan bukan pada dinding gelas.
4. Didiamkan
diatas penanggas selama 20-30 menit atau hingga terbentuk endapan yang
sempurna.
5. Larutan
diangkat dari penanggas dan didinginkan dengan mencelupkan beaker gelas
kedalamair dingin lalu disaring endapannya.
6. Endapan
yang telah disaring dicuci kembali dengan aquades agar bebas klorida lalu
dipindahkan kedalam cawan porselen yang telah kering dan ditimbang sebelumnya.
7. Endapan
didalam cawan dipanaskan diatas penangas selama 50 menit atau hingga endapan
membentuk serbuk.
8. Endapan
didingingkan lalu ditimbanag bersama dengan cawan, dan diulanagi 3 kali untuk
mendapatkan hasil yang konstan.
9. Dihitung
presentase nikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar