Senin, 21 Oktober 2013

PENENTUAN UNSUR HARA MAKRO (N, P, DAN K) PADA TANAH


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1  Tanah
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni : bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi maupun morfologinya.
Tanah berfungsi sebagai media pertumbuhan tanaman tingkat tinggi dan sebagai basis kehidupan manusia dan hewan. Tanah yang subur merupakan tempat hidup mikroorganisme yang sangat baik. Tanah juga sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan juga merupakan media yang sangat baik untuk mendaur ulang dan mengurangi sifat meracun bahan-bahan organik, unsur dan gas-gas global. Karena kemampuan tanah tersebut maka hingga sekarang, tanah menjadi alternatif pertama untuk pembuangan limbah yang sangat murah.

1.2  Unsur Hara Makro (N, P, dan K)
1.2.1        Nitrogen  (N)
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensiil (keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman), dan dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro.
Tiga bentuk utama N didalam tanah :
1.      N-organik, sebagian besar dari N di dalam tanah dalam bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N-organik ini sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah.
2.      NH4+ (anorganik), terfiksasi liat (bahan organik, BO, maupun mineral) dan merupakan bentuk lambat tersedia.
3.      NH4+ dan NO3- , ion larut, secara umum, khususnya kondisi oksidasi, konsentrasi bentuk NO3- lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk NH4+.
Hubungan nitrogen di dalam tanah dengan tanaman :
·         Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
·         Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri
·         Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
·         Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun
·         Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.

1.2.2        Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensiil dan tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya. Umumnya kadar P berada dibawah kadar N dan K.
Tanah-tanah muda dengan curah hujan rendah biasanya mengandung P cukup tinggi, apabila dibandingkan dengan tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan berkembang di daerah dengan curah hujan tinggi. Kehilangan P dari tempat/tanah erat hubungannya dengan proses run off dan erosi. Dapat dikatakan erosi merupakan bentuk kehilanagn P yang sangat besar.
Secara umum P didalam tanah dapat dikelompokkan menjadi P-organik dan P-anorganik, yang dimana ketersediaan P-organik relative lebih tinggi dibandingkan dengan P-anorganik .

Hubungan fosfor di dalam tanah dengan tanaman :
·         Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
·         Merangsang pembungaan dan pembuahan
·         Merangsang pertumbuhan akar
·         Merangsang pembentukan biji
·         Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
·         Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat)

1.2.3        Kalium (K)
Walaupan K didalam tanah cukup besar (0,5 atau 2,5%), akan tetapi presentase yang tersedia bagi tanaman selama musim pertumbuhan tanaman rendah, yaitu kurang dari 2%. Pada tanah-tanah tropik kadar K tanah bisa sangat rendah karena bahan induknya miskin K, curah hujan tinggi, dan tempertur tinggi, yang dapat mempercepat pelepasan/pelapukan mineral dan pencucian K tanah.
Kalium didalam tanah dapat dikelompokkan dalam 2 bentuk, yakni.
1.      K-tidak tersedia, banyak dijumpai dalam mineral (batuan). Kalium akan dilepas jika batuan terlapuk, akan tetapi proses ini akan berjalan sangat lama sehingga tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
2.      K-tersedia, kalium segera tersedia merupakan K yang terdapat di dalam larutan tanah ditambah dengan K yang diikat dalam bentuk dapat dipertukarkan baik pada bahan organik maupun mineral liat.

Hubungan kalium pada tanah untuk tanaman :
·         Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
·         Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
·         Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

   
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKERIN

2.1   Tempat dan Waktu Kegiatan
2.1.1        Tempat Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur yang bertempat di Jl. Raya Karangploso Km.4, Malang.
2.1.2        Waktu Kegiatan
Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 4 Maret – 29 Juni 2013.

2.2  Alat dan Bahan Kegiatan
2.2.1        Alat Kegiatan


      ·         Neraca analitik
·         Tabung digestion dan blok digestion
·         Enlenmeyer 250 ml
·         Buret 25 ml
·         Botol kocok 100 ml
·         Tabung reaksi
·         Pipet 2 ml, 10 ml dan 20 ml
·         Mesin pengocok (shaker)
·         Tabung perkolasi
·         Labu ukur 50 ml dan 100 ml
·         Labu semprot
·         Alat destruksi
·         Alat destilasi (destilator)
·         Spektrofotometer UV-VIS
·         Atomic absorption spectrophotometer (AAS)
·         Pinggangan aluminium
·         Penjepit tahan karat
·         Oven
·         Eksikator
2.2.2        Bahan Kegiatan


·         Air suling (aquades)
·         H2SO4 (95-97%)
·         Selenium
·         Asam borat 1%
·         NaOH 40%
·         Penunjuk Conway
·         H2SO4 4N dan Larutan baku H2SO40,05N
·         Pengestrak NaHCO3 0,5M, pH 8,5
·         Pereaksi P pekat
·         Pereaksi pewarna P
·         Deret standar PO4 (0-20ppm)
·         NH4COOH 1M pH 7,0
·         HCl 4N
·         Pasir kuarsa
·         Filter pulp
·         Deret standar K
·         Larutan La 0,125%
·         Kertas saring W

2.3      Prosedur Kerja
2.3.1        Preparasi Sampel
2.3.1.1  Pengeringan
Contoh disebarkan di atas tampah yang telah di beri label. Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang. Bongkahan besar dikecilkan dengan tangan. Simpan pada rak di ruangan khusus bebas kontaminan yang terlindung dari sinar matahari langsung.
2.3.1.2  Penumbukan dan Pengayaan
Contoh ditumbuk pada lumpang porselen dan diayak dengan ayakan dengan ukuran lubang 2 mm dan 0,5 mm. Simpan dalam plastik yang sudah diberi nomor contoh.

2.3.2        Penetapan Kadar Air Kering Mutlak
     Timbang 5,000 g contoh tanah kering udara dalam pinggan aluminium yang telah diketahui bobotnya. Keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Angkat pinggan dengan penjepit dan


masukkan ke dalam eksikator. Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.

2.3.3        Penetapan N-Kjeldahl
Timbang 0,500 g contoh tanah ukuran <0,5 mm, masukan ke dalam tabung kjeldahl. Tambahkan 1 g campuran selen dan 5 ml asam sulfat pekat, didestruksi hingga suhu 350oC (3-4 jam). Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel mengendap.
Disiapkan penampung untuk NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah 3 tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi begitu juga dengan tabung kjekdahl. Tambahkan 20 ml NaOH 40% pada tabung contoh. Didestilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,050 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Catat volume titar contoh (Vc) dan blanko (Vb).

2.3.4        Penetapan P-Olsen
Timbang 1,000 g contoh tanah <0,5 mm, dimasukkan ke dalam botol kocok, ditambah 20 ml pengekstrak Olsen, kemudian dikocok selama 30 menit. Saring dan bila larutan keruh dikembalikan lagi ke atas saringan. Ekstrak dipipet 2 ml ke dalam tabung reaksi dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna fosfat, kocok hingga homogen dan biarkan 30 menit. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

2.3.5        Penetapan Kdd
                    Timbang 2,5 g contoh tanah ukuran >2 mm, lalu dicampur dengan lebih kurang 5 g pasir kuarsa. Dimasukkan ke dalam tabung perkolasi yang telah dilapisi berturut-turut dengan filter pulp dan pasir terlebih dahulu (filter pulp digunakan seperlunya untuk menutup lubang pada dasar tabung, sedangkan pasir kuarsa sekitar 2,5 g) dan lapisan atas ditutup dengan penambahan 2,5 g pasir. Ketebalan setiap lapisan pada sekeliling tabung diupayakan supaya sama. Siapkan pula blanko dengan pengerjaan seperti contoh tapi tanpa contoh tanah. Kemudian diperkolasi dengan amonium acetat pH 7,0. Filtrat ditampung dalam labu ukur 50 ml, diimpitkan dengan amonium acetat pH 7,0 untuk pengukuran kation dapat ditukar : Ca, Mg, K dan Na.
2.3.5.1  Pengukuran K-dd
Perkolat NH4-Ac dan masing-masing dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 9 ml larutan La 0,125 %. Diukur dengan AAS (untuk pemeriksaan  menggunakan deret standar sebagai pembanding).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1   Penetapan N-Kjeldah
Unsur
Contoh
Nitrogen (%)
A
B
C
0,11
0,15
0,23
Tabel 5.1. Hasil analisa Nitrogen (N)

Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4 :
2H2SO4 + 2NH3 → (NH4)2SO4 + H2
Kadar ammonium dalam ekstrak dapat ditetapkan salah satunya dengan cara destilasi. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititar dengan larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway.
Dari tabel 5.1 ditunjukkan kadar N sebesar 0,11% pada contoh A, 0,15% pada contoh B, dan 0,23% pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar N pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,2), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,21 – 0,5) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Kekurangan N pada tanah dapat menyebabkan kelainan pada tumbuhan. Gejala kelainan akan tampak pada bagian / tubuh tanaman pada daun dan buah. Tiap daun yang kekurangan N akan nampak tua berwarna hijau muda, selanjutnya menguning, jaringan-jaringannya mati, kering berwarna coklat, tanamannya kerdil, dan perkembangan buah tidak sempurna, kecil-kecil cepat matang (Mul Mulyani Sutedjo,1989).

Kekurangan/kehilangan N dapat disebabkan karena panen (tergantung jenis, produksi, frekuensi atau intensitas penanaman tanaman), volatilisasi (NH4+ dan NO3- → NH3 , reaksi ini cepat pada pH tinggi dan temperature tinggi), dan denitrifikasi, erosi dan lain-lain (Sugeng Winarso, 2005).

3.2   Penetapan P-Olsen
Unsur
Contoh
Fosfor (ppm)
A
B
C
58,42
171,95
174,76
Tabel 5.2. Hasil analisa Fosfor (P)

Fosfat dalam suasana netral/alkalis dalam tanah akan terikat sebagai Ca, Mg-PO4. Pengekstrak olsen (NaHCO3) akan mengendapkan Ca, Mg-CO3 sehingga PO4-3 dibebaskan ke dalam larutan :
Ca, Mg-PO4 + NaHCO3 → Ca, Mg-CO3 + PO4-3 + NaH
Pengekstrak ini juga dapat digunakan untuk tanah masam. Fosfat pada tanah masam terikat sebagai Fe, Al-fosfat. Penambahan pengekstrak NaHCO3 pH 8,5 menyebabkan terbentuknya Fe, Al-hidroksida, sehingga fosfat dibebaskan. Pengekstrak ini biasanya digunakan untuk tanah ber-pH >5,5.
Pereaksi fosfat dapat menimbulkan warna dengan PO4-3, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran dengan spektro UV-VIS, dimana spekto UV-VIS digunakan untuk mengukur absorbansi larutan berwarna.Sebelum mengukur adsorbansi larutan ada baiknya jika larutan dibiarkan sekitar 15-30 menit untuk memastikan bahwa pereaksi fosfat telah bereaksi dengan larutan sampel.
Dari tabel 5.2 ditunjukkan kadar P sebesar 58,42 ppm pada contoh A, 171,95 ppm pada contoh B, dan 174,76 ppm pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar P pada contoh A, B, dan C termasuk dalam kriteria sangat tinggi (>20) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Ketersediaan P dalam tanah merupakan suatu keharusan. Namun ketersediaan yang berlebih pun tidak baik. Kadar yang paling tinggi pada contoh tanah A, B dan C adalah P. Hal ini dapat disebabkan karena ada kemungkinan tanah sudah terkontaminasi dengan pemberian pupuk P yang berlebih baik organik maupun anorganik.

3.3  Penetapan Kdd
Unsur
Contoh
Kalium (cmol(+)kg-1)
A
B
C
58,42
171,95
174,76
Tabel 5.3. Hasil analisa Kalium dapat ditukar (Kdd)

Merupakan penetapan kalium tersedia yang mencangkup kalium dapat dipertukarkan dan kalium terlarut. Koloid tanah (mineral liat dan humus) bermuatan negatif, sehingga dapat menyerap kation-kation. Dalam penetapan ini dilakukan dua tahapan yaitu, tahap perkolasi dimana kation-kation dapat ditukar (dd) (Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+) dalam kompleks jerapan tanah ditukar dengan kation NH4+ dari pengekstrak dan tahap pengukuran menggunakan AAS.
Dari tabel 5.3 ditunjukkan kadar K sebesar 0,38 cmol(+)kg-1 pada contoh A dan B, dan 0,55 cmol(+)kg-1 pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar K pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,3), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,4 – 0,5) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Kalium yang cukup merupakan suatu keharusan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat untuk produksi tinggi. Kekurangan kalium menyebabkan akar-akar menjadi busuk dan menstimulasi absorbsi hara besi dalam jumlah yang terlalu banyak, sehingga tanaman menjadi sakit karena keracunan besi. Tanaman-tanaman yang sakit daun-daunnya berwarna kekuning-kuningan sampai jingga dengan bintik-bintik coklat. Dalam keadaan lebih lanjut daun-daun tersebut berwarna coklat yang akhirnya menjadi kering (M. Ismunadji, dkk. 1979.).
                            
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur yang dilaksanakan mulai tanggal 4 Maret – 29 Juni 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Kadar N pada contoh A sebesar 0,11%, pada contoh B sebesar 0,15%, dan pada contoh C sebesar 0,23%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar N pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,2), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,21 – 0,5).
2.      Kadar P pada contoh A sebesar 58,42 ppm, pada contoh B sebesar 171,95 ppm, dan pada contoh C sebesar 174,76 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar P pada contoh A, B, dan C termasuk dalam kriteria sangat tinggi (>20).
3.      Kadar K pada contoh A dan B sebesar 0,38 cmol(+)kg-1, dan pada contoh C sebesar 0,55 cmol(+)kg-1. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar K pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,3), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,4 – 0,5).

4.2  Saran
Penulis menyarankan supaya petani lebih memperhatikan kesetimbangan unsur makro dalam tanah dengan baik, sehingga didapatkan hasil produksi yang lebih sehat dan memuaskan.
Demikianlah laporan ini penulis buat dengan masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan laporan yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymouse,2011. BPTP Jawa Timur. http://jatim.litbang.deptan.go.id (diakses tanggal 06 April 2013)
Anonymouse, 2011. Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah (diakses tanggal 06 April 2013)
Eviati, Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman Air dan Pupuk (Petunjuk Teknis Edisi 2). Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Ir. Mul Mulyani Sutedjo. 1989. Analisa Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.
M. Ismunadji, G. Soerpardi, A.M. Satari, D. Muljadi. 1979. Kalium dan Tanaman Pangan Problem dan Prospek (Edisi Khusus N0. 2). Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor.
Sugeng Winarso. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media, Yogyakarta.

LAMPIRAN 1     :  HASIL DAN PERHITUNGAN
     A.    PENETAPAN KADAR AIR
                                              Kode Contoh
Keterangan
A
B
C
Berat Cawan Kosong (g)
W1
54,2267
54,5664
42,0524
Berat Cawan + Sampel (g)
W2
59,2268
59,5671
47,0544
Berat Contoh (g)
W2 - W1 (A)
5,0001
5,0007
5,0020
Berat Cawan + Contoh
(setelah pengeringan) (g)
X
58,8700
59,2008
46,4781
Berat Contoh
(setelah pengeringan) (g)
X - W1 (B)
4,6433
4,6344
4,4257
Kadar Air
7,14
7,32
11,52
Faktor Koreksi
fk
1,08
1,08
1,13

B.     PENETAPAN KADAR NITROGEN KJELDAHL
                                              Kode Contoh
Keterangan
A
B
C
Berat Contoh (mg)
W
500,2
500,2
500,6
Volume H2S04 0,05N Contoh
V1
0,75
1,05
1,50
Volume H2S04 0,05N Blank
V2
0,00
0,00
0,00
Normalitas H2S04  0,05 N
N
0,0480
0,0480
0.0480
Bobot Setara Nitrogen
Bst N
14
14
14
Faktor Koreksi
fk
1,08
1,08
1,13
Kadar Nitrogen
%
0,11
0,15
0,23

C.    PENETAPAN KADAR FOSFOR OLSEN
Lamda (Nm)
Nilai Absorban Pada Serial Konsentrasi Larutan Standar P-Olsen (%)
2
4
8
12
16
20
710
0,156
0,224
0,317
0,419
0,514
0,586

Kode Sampel
Absorban
Konsentrasi (ppm)
Berat Sampel
fk
(faktor koreksi)
ppm P2O5
A
0,205
3,608
1
1,08
58,42
B
0,367
10,652
1
1,08
171,95
C
0,360
10,347
1
1,13
174,76

D.    PENETAPAN KADAR KALIUM-DD
Nilai Absorban Pada Serial Konsentrasi Larutan Standar K2O (%)
1
2
4
6
8
10
0,0156
0,0353
0,084
0,1297
0,1739
0,223

Kode Sampel
Absorban
Konsentrasi (ppm)
Berat Sampel
fk
(faktor koreksi)
cmol(+)kg-1 K2O
A
0,1505
6,934
2,5
1,08
0,38
B
0,1496
6,895
2,5
1,08
0,38
C
0,2097
9,508
2,5
1,13
0,55

LAMPIRAN 2     :  KRITERIA PENILAIAN HASIL ANALISIS TANAH
Parameter Tanah
Nilai
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
C (%)
<1
1-2
2-3
3-5
>5
N (%)
<0,1
0,-0,2
0,21-0,5
0,51-0,75
>0,75
C/N
<5
5-10
11-15
16-25
>25
P2O5 HCl 25% (mg/100g)
<15
15-20
21-40
41-60
>60
P2O5 Bray (ppm P)
<4
5-7
8-10
11-15
>15
P2O5 Olsen (ppm P)
<5
5-10
11-15
16-20
>20
K2O HCl 25% (mg/100g)
<10
10-20
21-40
41-60
>60
KTK/CEC (me/100 g tanah)
<5
5-16
17-24
25-40
>40
Susunan kation





Ca (me/100 g tanah)
<2
2-5
6-10
11-20
>20
Mg (me/100 g tanah)
<0,3
0,4-1
1,1-2,0
2,1-8,0
>8
K (me/100 g tanah)
<0,1
0,1-0.3
0,4-0,5
0,6-1,0
>1
Na (me/100 g tanah)
<0,1
0,1-0,3
0,4-0,7
0,8-1,0
>1
Kejenuhan Basa (%)
<20
20-40
41-60
61-80
>80
Kejenuhan Alumunium (%)
<5
5-10
1-20
20-40
>40
Cadangan mineral (%)
<5
5-10
11-20
20-40
>40
Salinitas/DHL (dS/m)
<1
1-2
2-3
3-4
>4
Persentase natrium dapat tukar/ESP (%)
<2
2-3
5-10
10-15
>15

pH H2O
Sangat Masam
Masam
Agak Masam
Netral
Agak Alkalis
Alkalis
<4,5
4,5-5,5
5,5-6,5
6,6-7,5
7,6-8,5
>8,5

*Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum secara empiris

3 komentar:

Postingan Unggulan

PEPAYA SEBAGAI TANAMAN BERKHASIAT OBAT - Kandungan, Manfaat dan Petunjuk Pemakaian - Ubanan Sebelum Waktunya? Atasi Dengan Ini..

Pepaya ( Carica Papaya L .) berasal dari Amerika Tengah, berbuah sepanjang tahun dimulai pada umur 6-7 bulan dan mulai berkurang setelah umu...

Postingan Populer