BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tanah
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan
organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni : bahan induk, iklim,
organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama
kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan ciri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik, kimia, biologi maupun morfologinya.
Tanah berfungsi sebagai media pertumbuhan tanaman
tingkat tinggi dan sebagai basis kehidupan manusia dan hewan. Tanah yang subur
merupakan tempat hidup mikroorganisme yang sangat baik. Tanah juga sebagai
sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan juga merupakan media yang sangat
baik untuk mendaur ulang dan mengurangi sifat meracun bahan-bahan organik,
unsur dan gas-gas global. Karena kemampuan tanah tersebut maka hingga sekarang,
tanah menjadi alternatif pertama untuk pembuangan limbah yang sangat murah.
1.2 Unsur Hara
Makro (N, P, dan K)
1.2.1
Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensiil
(keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman), dan dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro.
Tiga bentuk utama N didalam tanah :
1. N-organik, sebagian besar dari N di dalam tanah dalam
bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N-organik
ini sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah.
2. NH4+ (anorganik), terfiksasi
liat (bahan organik, BO, maupun mineral) dan merupakan bentuk lambat tersedia.
3. NH4+ dan NO3-
, ion larut, secara umum, khususnya kondisi oksidasi, konsentrasi bentuk NO3-
lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk NH4+.
Hubungan
nitrogen di dalam tanah dengan tanaman :
·
Merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
·
Merupakan bagian
dari sel (organ) tanaman itu sendiri
·
Berfungsi untuk
sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
·
Merangsang
pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun
·
Tanaman yang
kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan
mati.
1.2.2
Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensiil dan tidak ada
unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya. Umumnya kadar P berada dibawah
kadar N dan K.
Tanah-tanah muda dengan curah hujan rendah biasanya
mengandung P cukup tinggi, apabila dibandingkan dengan tanah-tanah yang telah
mengalami pelapukan lanjut dan berkembang di daerah dengan curah hujan tinggi.
Kehilangan P dari tempat/tanah erat hubungannya dengan proses run off dan erosi. Dapat dikatakan erosi
merupakan bentuk kehilanagn P yang sangat besar.
Secara umum P didalam tanah dapat dikelompokkan
menjadi P-organik dan P-anorganik, yang dimana ketersediaan P-organik relative
lebih tinggi dibandingkan dengan P-anorganik .
Hubungan fosfor di dalam tanah dengan tanaman :
·
Berfungsi untuk
pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
·
Merangsang
pembungaan dan pembuahan
·
Merangsang
pertumbuhan akar
·
Merangsang
pembentukan biji
·
Merangsang
pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
·
Tanaman yang
kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil,
daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat)
1.2.3
Kalium (K)
Walaupan K didalam tanah cukup besar (0,5 atau 2,5%),
akan tetapi presentase yang tersedia bagi tanaman selama musim pertumbuhan
tanaman rendah, yaitu kurang dari 2%. Pada tanah-tanah tropik kadar K tanah
bisa sangat rendah karena bahan induknya miskin K, curah hujan tinggi, dan
tempertur tinggi, yang dapat mempercepat pelepasan/pelapukan mineral dan
pencucian K tanah.
Kalium didalam tanah dapat dikelompokkan dalam 2
bentuk, yakni.
1. K-tidak tersedia, banyak dijumpai dalam mineral
(batuan). Kalium akan dilepas jika batuan terlapuk, akan tetapi proses ini akan
berjalan sangat lama sehingga tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman.
2. K-tersedia, kalium segera tersedia merupakan K yang
terdapat di dalam larutan tanah ditambah dengan K yang diikat dalam bentuk
dapat dipertukarkan baik pada bahan organik maupun mineral liat.
Hubungan
kalium pada tanah untuk tanaman :
·
Berfungsi dalam
proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk
air.
·
Meningkatkan
daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
·
Tanaman yang
kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun
berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning
dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
BAB II
PELAKSANAAN
KEGIATAN PRAKERIN
2.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
2.1.1
Tempat Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Timur yang bertempat di Jl. Raya Karangploso Km.4,
Malang.
2.1.2
Waktu Kegiatan
Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan mulai
tanggal 4 Maret – 29 Juni 2013.
2.2 Alat dan
Bahan Kegiatan
2.2.1
Alat Kegiatan
·
Neraca analitik
· Tabung digestion dan blok digestion
· Enlenmeyer 250 ml
· Buret 25 ml
· Botol kocok 100 ml
· Tabung reaksi
· Pipet 2 ml, 10 ml dan 20 ml
· Mesin pengocok (shaker)
· Tabung perkolasi
· Labu ukur 50 ml dan 100 ml
· Labu semprot
· Alat destruksi
· Alat destilasi (destilator)
· Spektrofotometer UV-VIS
· Atomic absorption spectrophotometer (AAS)
· Pinggangan aluminium
· Penjepit tahan karat
· Oven
· Eksikator
· Tabung digestion dan blok digestion
· Enlenmeyer 250 ml
· Buret 25 ml
· Botol kocok 100 ml
· Tabung reaksi
· Pipet 2 ml, 10 ml dan 20 ml
· Mesin pengocok (shaker)
· Tabung perkolasi
· Labu ukur 50 ml dan 100 ml
· Labu semprot
· Alat destruksi
· Alat destilasi (destilator)
· Spektrofotometer UV-VIS
· Atomic absorption spectrophotometer (AAS)
· Pinggangan aluminium
· Penjepit tahan karat
· Oven
· Eksikator
2.2.2
Bahan Kegiatan
·
Air suling
(aquades)
·
H2SO4
(95-97%)
·
Selenium
·
Asam borat 1%
·
NaOH 40%
·
Penunjuk Conway
·
H2SO4
4N dan Larutan baku H2SO40,05N
·
Pengestrak NaHCO3
0,5M, pH 8,5
·
Pereaksi P pekat
·
Pereaksi pewarna
P
·
Deret standar PO4
(0-20ppm)
·
NH4COOH
1M pH 7,0
·
HCl 4N
·
Pasir kuarsa
·
Filter pulp
·
Deret standar K
·
Larutan La
0,125%
·
Kertas saring W
2.3
Prosedur Kerja
2.3.1
Preparasi Sampel
2.3.1.1
Pengeringan
Contoh disebarkan di atas tampah yang telah di beri
label. Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang.
Bongkahan besar dikecilkan dengan tangan. Simpan pada rak di ruangan khusus
bebas kontaminan yang terlindung dari sinar matahari langsung.
2.3.1.2
Penumbukan dan Pengayaan
Contoh ditumbuk pada lumpang porselen dan diayak
dengan ayakan dengan ukuran lubang 2 mm dan 0,5 mm. Simpan dalam plastik yang
sudah diberi nomor contoh.
2.3.2
Penetapan Kadar Air Kering Mutlak
Timbang
5,000 g contoh tanah kering udara dalam pinggan aluminium yang telah diketahui
bobotnya. Keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam. Angkat pinggan dengan
penjepit dan
masukkan
ke dalam eksikator. Setelah contoh
dingin
kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.
2.3.3
Penetapan N-Kjeldahl
Timbang
0,500 g contoh tanah ukuran <0,5 mm, masukan ke dalam tabung kjeldahl. Tambahkan 1 g
campuran selen dan 5
ml asam sulfat pekat, didestruksi
hingga
suhu 350oC (3-4 jam). Destruksi selesai bila keluar uap putih dan
didapat ekstrak
jernih (sekitar 4 jam). Tabung
diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat
50 ml. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel mengendap.
Disiapkan
penampung untuk NH3 yang
dibebaskan
yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah 3 tetes indikator Conway
(berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi begitu juga dengan tabung kjekdahl. Tambahkan 20 ml NaOH 40% pada tabung contoh. Didestilasi
hingga volume penampung mencapai
50–75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H2SO4
0,050 N hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Catat
volume titar contoh (Vc) dan blanko (Vb).
2.3.4
Penetapan P-Olsen
Timbang
1,000 g contoh tanah <0,5
mm, dimasukkan ke dalam botol kocok,
ditambah
20 ml pengekstrak Olsen, kemudian dikocok selama 30 menit. Saring dan bila larutan keruh
dikembalikan lagi ke atas saringan. Ekstrak dipipet 2 ml ke dalam tabung reaksi
dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna
fosfat, kocok hingga homogen dan biarkan 30 menit. Absorbansi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.
2.3.5
Penetapan Kdd
Timbang
2,5 g contoh tanah ukuran >2 mm, lalu dicampur dengan lebih kurang 5 g pasir
kuarsa. Dimasukkan ke dalam tabung perkolasi yang telah dilapisi berturut-turut
dengan filter pulp
dan pasir terlebih dahulu (filter pulp digunakan seperlunya untuk menutup
lubang pada dasar tabung, sedangkan pasir kuarsa sekitar 2,5 g) dan lapisan atas
ditutup dengan penambahan 2,5 g pasir. Ketebalan setiap lapisan pada sekeliling
tabung diupayakan supaya sama. Siapkan pula blanko dengan pengerjaan seperti
contoh tapi tanpa contoh tanah. Kemudian diperkolasi dengan amonium acetat pH 7,0. Filtrat ditampung dalam
labu ukur 50 ml, diimpitkan dengan
amonium
acetat pH 7,0 untuk pengukuran kation
dapat ditukar : Ca, Mg, K dan Na.
2.3.5.1
Pengukuran K-dd
Perkolat
NH4-Ac dan masing-masing dipipet
1
ml ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 9 ml larutan La 0,125 %. Diukur dengan AAS
(untuk pemeriksaan menggunakan deret
standar sebagai pembanding).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penetapan N-Kjeldah
Unsur
|
Contoh
|
||
Nitrogen (%)
|
A
|
B
|
C
|
0,11
|
0,15
|
0,23
|
Tabel 5.1. Hasil analisa Nitrogen (N)
Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan
asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4
:
2H2SO4
+ 2NH3 → (NH4)2SO4 + H2
Kadar ammonium dalam ekstrak dapat ditetapkan salah
satunya dengan cara destilasi. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan
penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat
oleh asam borat dan dititar dengan larutan baku H2SO4
menggunakan penunjuk Conway.
Dari tabel 5.1 ditunjukkan kadar N sebesar 0,11% pada contoh A, 0,15% pada contoh B, dan 0,23% pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar N pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,2), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,21 – 0,5) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Dari tabel 5.1 ditunjukkan kadar N sebesar 0,11% pada contoh A, 0,15% pada contoh B, dan 0,23% pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar N pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,2), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,21 – 0,5) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Kekurangan N pada tanah dapat menyebabkan kelainan
pada tumbuhan. Gejala kelainan akan tampak pada bagian / tubuh tanaman pada
daun dan buah. Tiap daun yang kekurangan N akan nampak tua berwarna hijau muda,
selanjutnya menguning, jaringan-jaringannya mati, kering berwarna coklat,
tanamannya kerdil, dan perkembangan buah tidak sempurna, kecil-kecil cepat
matang (Mul Mulyani Sutedjo,1989).
Kekurangan/kehilangan N dapat disebabkan karena panen
(tergantung jenis, produksi, frekuensi atau intensitas penanaman tanaman),
volatilisasi (NH4+ dan NO3- → NH3
, reaksi ini cepat pada pH tinggi dan temperature tinggi), dan
denitrifikasi, erosi dan lain-lain (Sugeng Winarso, 2005).
3.2 Penetapan P-Olsen
Unsur
|
Contoh
|
||
Fosfor (ppm)
|
A
|
B
|
C
|
58,42
|
171,95
|
174,76
|
Tabel 5.2. Hasil analisa Fosfor (P)
Fosfat dalam suasana netral/alkalis dalam tanah akan
terikat sebagai Ca, Mg-PO4. Pengekstrak olsen (NaHCO3) akan
mengendapkan Ca, Mg-CO3 sehingga PO4-3 dibebaskan ke
dalam larutan :
Ca, Mg-PO4 + NaHCO3 → Ca, Mg-CO3
+ PO4-3 + NaH
Pengekstrak
ini juga dapat digunakan untuk tanah
masam.
Fosfat pada tanah masam terikat sebagai Fe, Al-fosfat. Penambahan pengekstrak NaHCO3
pH 8,5 menyebabkan terbentuknya Fe, Al-hidroksida, sehingga fosfat
dibebaskan. Pengekstrak ini biasanya digunakan untuk tanah ber-pH >5,5.
Pereaksi fosfat dapat menimbulkan warna dengan PO4-3,
sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran dengan spektro UV-VIS, dimana
spekto UV-VIS digunakan untuk mengukur absorbansi larutan berwarna.Sebelum
mengukur adsorbansi larutan ada baiknya jika larutan dibiarkan sekitar 15-30
menit untuk memastikan bahwa pereaksi fosfat telah bereaksi dengan larutan
sampel.
Dari tabel 5.2 ditunjukkan kadar P sebesar 58,42 ppm pada contoh A, 171,95 ppm pada contoh B, dan 174,76 ppm pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar P pada contoh A, B, dan C termasuk dalam kriteria sangat tinggi (>20) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Dari tabel 5.2 ditunjukkan kadar P sebesar 58,42 ppm pada contoh A, 171,95 ppm pada contoh B, dan 174,76 ppm pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar P pada contoh A, B, dan C termasuk dalam kriteria sangat tinggi (>20) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Ketersediaan P dalam tanah merupakan suatu keharusan.
Namun ketersediaan yang berlebih pun tidak baik. Kadar yang paling tinggi pada
contoh tanah A, B dan C adalah P. Hal ini dapat disebabkan karena ada
kemungkinan tanah sudah terkontaminasi dengan pemberian pupuk P yang berlebih
baik organik maupun anorganik.
3.3 Penetapan Kdd
Unsur
|
Contoh
|
||
Kalium (cmol(+)kg-1)
|
A
|
B
|
C
|
58,42
|
171,95
|
174,76
|
Tabel 5.3. Hasil analisa Kalium dapat ditukar (Kdd)
Merupakan penetapan kalium tersedia yang mencangkup
kalium dapat dipertukarkan dan kalium terlarut. Koloid
tanah (mineral liat dan humus) bermuatan negatif, sehingga dapat menyerap kation-kation.
Dalam penetapan ini dilakukan dua tahapan yaitu, tahap
perkolasi dimana kation-kation dapat ditukar (dd) (Ca2+,
Mg2+, K+ dan
Na+)
dalam kompleks jerapan tanah ditukar dengan kation NH4+
dari pengekstrak dan
tahap pengukuran menggunakan AAS.
Dari tabel 5.3 ditunjukkan kadar K sebesar 0,38 cmol(+)kg-1 pada contoh A dan B, dan 0,55 cmol(+)kg-1 pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar K pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,3), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,4 – 0,5) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Dari tabel 5.3 ditunjukkan kadar K sebesar 0,38 cmol(+)kg-1 pada contoh A dan B, dan 0,55 cmol(+)kg-1 pada contoh C. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar K pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,3), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,4 – 0,5) (Eviati, Sulaeman. 2009).
Kalium yang cukup merupakan suatu keharusan untuk
menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat untuk produksi tinggi. Kekurangan
kalium menyebabkan akar-akar menjadi busuk dan menstimulasi absorbsi hara besi
dalam jumlah yang terlalu banyak, sehingga tanaman menjadi sakit karena
keracunan besi. Tanaman-tanaman yang sakit daun-daunnya berwarna
kekuning-kuningan sampai jingga dengan bintik-bintik coklat. Dalam keadaan
lebih lanjut daun-daun tersebut berwarna coklat yang akhirnya menjadi kering
(M. Ismunadji, dkk. 1979.).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan di Balai Penelitian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur yang dilaksanakan mulai tanggal 4 Maret –
29 Juni 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kadar N pada contoh A sebesar 0,11%, pada contoh B
sebesar 0,15%, dan pada contoh C sebesar 0,23%. Hasil ini menunjukkan bahwa
kadar N pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah (0,1 – 0,2),
sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,21 – 0,5).
2. Kadar P pada contoh A sebesar 58,42 ppm, pada contoh B
sebesar 171,95 ppm, dan pada contoh C sebesar 174,76 ppm. Hasil ini menunjukkan
bahwa kadar P pada contoh A, B, dan C termasuk dalam kriteria sangat tinggi
(>20).
3. Kadar K pada contoh A dan B sebesar 0,38 cmol(+)kg-1,
dan pada contoh C sebesar 0,55 cmol(+)kg-1. Hasil ini
menunjukkan bahwa kadar K pada contoh A dan B termasuk dalam kriteria rendah
(0,1 – 0,3), sedangkan pada contoh C termasuk dalam kriteria sedang (0,4 –
0,5).
4.2 Saran
Penulis menyarankan supaya petani lebih memperhatikan
kesetimbangan unsur makro dalam tanah dengan baik, sehingga didapatkan hasil
produksi yang lebih sehat dan memuaskan.
Demikianlah
laporan ini penulis buat
dengan masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan laporan
yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymouse,2011.
BPTP Jawa Timur. http://jatim.litbang.deptan.go.id
(diakses tanggal 06 April 2013)
Eviati,
Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah,
Tanaman Air dan Pupuk (Petunjuk Teknis Edisi 2). Balai Penelitian Tanah,
Bogor.
Ir. Mul Mulyani
Sutedjo. 1989. Analisa Tanah, Air dan
Jaringan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.
M. Ismunadji, G.
Soerpardi, A.M. Satari, D. Muljadi. 1979. Kalium
dan Tanaman Pangan Problem dan Prospek (Edisi Khusus N0. 2). Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian, Bogor.
Sugeng Winarso.
2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan
Kualitas Tanah. Gava Media, Yogyakarta.
LAMPIRAN 1 : HASIL
DAN PERHITUNGAN
A. PENETAPAN
KADAR AIR
Kode Contoh
Keterangan
|
A
|
B
|
C
|
|
Berat Cawan Kosong (g)
|
W1
|
54,2267
|
54,5664
|
42,0524
|
Berat Cawan + Sampel (g)
|
W2
|
59,2268
|
59,5671
|
47,0544
|
Berat Contoh (g)
|
W2 - W1 (A)
|
5,0001
|
5,0007
|
5,0020
|
Berat Cawan + Contoh
(setelah pengeringan) (g)
|
X
|
58,8700
|
59,2008
|
46,4781
|
Berat Contoh
(setelah pengeringan) (g)
|
X - W1 (B)
|
4,6433
|
4,6344
|
4,4257
|
Kadar Air
|
7,14
|
7,32
|
11,52
|
|
Faktor Koreksi
|
fk
|
1,08
|
1,08
|
1,13
|
B. PENETAPAN
KADAR NITROGEN KJELDAHL
Kode Contoh
Keterangan
|
A
|
B
|
C
|
|
Berat Contoh (mg)
|
W
|
500,2
|
500,2
|
500,6
|
Volume H2S04 0,05N Contoh
|
V1
|
0,75
|
1,05
|
1,50
|
Volume H2S04 0,05N Blank
|
V2
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
Normalitas H2S04 0,05 N
|
N
|
0,0480
|
0,0480
|
0.0480
|
Bobot Setara Nitrogen
|
Bst N
|
14
|
14
|
14
|
Faktor Koreksi
|
fk
|
1,08
|
1,08
|
1,13
|
Kadar Nitrogen
|
%
|
0,11
|
0,15
|
0,23
|
C. PENETAPAN
KADAR FOSFOR OLSEN
Lamda (Nm)
|
Nilai Absorban Pada Serial Konsentrasi Larutan Standar P-Olsen (%)
|
|||||
2
|
4
|
8
|
12
|
16
|
20
|
|
710
|
0,156
|
0,224
|
0,317
|
0,419
|
0,514
|
0,586
|
Kode Sampel
|
Absorban
|
Konsentrasi (ppm)
|
Berat Sampel
|
fk
(faktor koreksi)
|
ppm P2O5
|
A
|
0,205
|
3,608
|
1
|
1,08
|
58,42
|
B
|
0,367
|
10,652
|
1
|
1,08
|
171,95
|
C
|
0,360
|
10,347
|
1
|
1,13
|
174,76
|
D. PENETAPAN
KADAR KALIUM-DD
Nilai Absorban Pada Serial Konsentrasi Larutan Standar K2O (%)
|
|||||
1
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
0,0156
|
0,0353
|
0,084
|
0,1297
|
0,1739
|
0,223
|
Kode Sampel
|
Absorban
|
Konsentrasi (ppm)
|
Berat Sampel
|
fk
(faktor koreksi)
|
cmol(+)kg-1 K2O
|
A
|
0,1505
|
6,934
|
2,5
|
1,08
|
0,38
|
B
|
0,1496
|
6,895
|
2,5
|
1,08
|
0,38
|
C
|
0,2097
|
9,508
|
2,5
|
1,13
|
0,55
|
LAMPIRAN 2 : KRITERIA
PENILAIAN HASIL ANALISIS TANAH
Parameter Tanah
|
Nilai
|
||||
Sangat Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat Tinggi
|
|
C (%)
|
<1
|
1-2
|
2-3
|
3-5
|
>5
|
N (%)
|
<0,1
|
0,-0,2
|
0,21-0,5
|
0,51-0,75
|
>0,75
|
C/N
|
<5
|
5-10
|
11-15
|
16-25
|
>25
|
P2O5 HCl 25%
(mg/100g)
|
<15
|
15-20
|
21-40
|
41-60
|
>60
|
P2O5 Bray
(ppm P)
|
<4
|
5-7
|
8-10
|
11-15
|
>15
|
P2O5 Olsen
(ppm P)
|
<5
|
5-10
|
11-15
|
16-20
|
>20
|
K2O HCl 25%
(mg/100g)
|
<10
|
10-20
|
21-40
|
41-60
|
>60
|
KTK/CEC (me/100 g tanah)
|
<5
|
5-16
|
17-24
|
25-40
|
>40
|
Susunan
kation
|
|||||
Ca (me/100 g tanah)
|
<2
|
2-5
|
6-10
|
11-20
|
>20
|
Mg (me/100 g tanah)
|
<0,3
|
0,4-1
|
1,1-2,0
|
2,1-8,0
|
>8
|
K (me/100 g tanah)
|
<0,1
|
0,1-0.3
|
0,4-0,5
|
0,6-1,0
|
>1
|
Na (me/100 g tanah)
|
<0,1
|
0,1-0,3
|
0,4-0,7
|
0,8-1,0
|
>1
|
Kejenuhan
Basa (%)
|
<20
|
20-40
|
41-60
|
61-80
|
>80
|
Kejenuhan
Alumunium (%)
|
<5
|
5-10
|
1-20
|
20-40
|
>40
|
Cadangan
mineral (%)
|
<5
|
5-10
|
11-20
|
20-40
|
>40
|
Salinitas/DHL
(dS/m)
|
<1
|
1-2
|
2-3
|
3-4
|
>4
|
Persentase
natrium dapat tukar/ESP (%)
|
<2
|
2-3
|
5-10
|
10-15
|
>15
|
pH H2O
|
Sangat Masam
|
Masam
|
Agak Masam
|
Netral
|
Agak Alkalis
|
Alkalis
|
<4,5
|
4,5-5,5
|
5,5-6,5
|
6,6-7,5
|
7,6-8,5
|
>8,5
|
*Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum secara
empiris
Makasih ya, berguna banget nih buat skripsiku....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin copas ya, terima kasih
BalasHapus